Friday, October 31, 2008

Novel "Laskar Pelangi"


SINOPSIS

Begitu banyak hal menakjubkan yang terjadi pada zaman kecil para anggota Laskar Pelangi. Sebelas orang anak Melayu Belitong yang luar biasa ini tak menyerah walaupun keadaan tidak bersimpati pada mereka. Tengoklah Lintang, seorang kuli kopra cilik yang genius dan dengan senang hati berulang-alik sejauh 80 kilometer dengan menaiki sepeda demi memuaskan dahaganya akan ilmu—bahkan terkadang hanya untuk menyanyikan Padamu Negeri di akhir waktu sekolah. Atau Mahar, seorang pesuruh tukang parut kelapa sekaligus seniman yang imaginatif, tak logis, kreatif, dan sering diremehkan sahabat-sahabatnya, namun berhasil mengangkat darjat sekolah kampung mereka dalam karnival 17 Ogos. Dan juga sembilan orang Laskar Pelangi lain yang begitu bersemangat dalam menjalani hidup dan berjuang meraih cita-cita. Selami ironisnya kehidupan mereka, kejujuran pemikiran mereka, indahnya petualangan mereka, dan temukan diri anda tertawa, menangis, dan tersentuh saat membaca setiap lembarnya. Buku ini dipersembahkan buat mereka yang meyakini the magic of childhood memories, dan khususnya juga buat siapa saja yang masih meyakini adanya pintu keajaiban lain untuk mengubah dunia: iaitu pendidikan

Friday, October 24, 2008


Sepurnama berlalu. Rumah biru ini dibiarkan tanpa berpenghuni kerna Ramadhan berada di penjuru waktu; kemudian ditemani Syawal yang mengasyikkan; dan akhirnya digumuli kuliah berselang-seli dengan urusan keluarga-anak demam panas lalu dimasukkan ke Hospital Pantai Melaka;serta seminggu dirundung sakit yang menyeksakan. Namun,segala yang dilalui amat menginsafkan dan disyukuri. Insaf kerna mengetahui kekuasaan-NYA dan rencana-NYA, jua lawang syukur diketuk lembut kerna seorang aku masih mampu mensyukuri nikmat dan kesempatan yang dikurniai-NYA kepada insan yang kerdil lagi lemah ini. Doa dan harapan sering dipanjatkan agar diberi kesempatan sekali lagi pada tahun depan untuk menikmati bulan Ramadhan dan Syawal yang penuh keberkatan.

Pulang beraya ke kampung kali ini amat menginsafkan. Melihat ibu dan ayah serta ninda yang semakin uzur. Pancaran kasih dan sayang di durja mereka ternyata membahagiakan. Sesungguhnya, aku bersyukur kerna diberi peluang menemui mereka dan sempat memohon seribu keampunan dan kemaafan. Tangan-tangan yang berkedut dan kasar itu telah menghantar aku ke lembah nostalgia bagaimana tangan-tangan itu yang suatu masa lalu lembut dan licin sambil menatang dan mengasuh aku sehingga menjadi orang yang berguna dan berjaya. Tanpa tangan-tangan itu dan doa kudus mereka pasti aku tidak akan berpeluang menghirup cangkir kehidupan yang amat jernih dan membahagiakan.
Syukur Tuhan.