Petualang itu pernah terjelma singa luka
Terpatah taring saat mengungsi persada kuasa
Diaib di segenap liang pelosok nusa
Diadili di kamar adil yang bergema-gema
Meronta-ronta sang singa saling menuding
Sebuah konspirasi di tampuk tertinggi ia melengking
Suara beresonan ke seantero jagat raya seolah terbirit
Usai bersidang muktamad jasad dicekat dalam jeriji sempit
Setiap saat menghitung daun waktu melakar rencana untuk bangkit
Konon ingin menjungkir-balik segunung siasah yang sakit
Tanpa diduga sinar baharu menjengah bucu senja
Sekujur jasad longlai sempat menghela nafas kedua
Setiap saat beriltizam merencana menggenggam kuasa semula
Yang terlepas dari kura yang haloba
Demi sebuah gunung harap membalas dendam huma
Sanggup melapah nasib murba yang sedia lemah melata
Sanggup dicalar-balar muka masa depan pemuda
Persis Si Kitul dan Raja Mendaliar membibit onar dan dosa
Menguak luas lawang kota mengundang padah
Susuk kecil Hang Nadim dianggap musibah
Kerna akal melebihi para kuasawan yang gah
Juga si Peludah bahasa yang terlalu menyakini bahasa penjajah
Melemparkan lidah bonda ke lembah resah
Sirah berulang setelah 500 tahun menyepi
Masih sempit hati mempanen huma di sawah iri
Demi marahkan seekor nyamuk durjana tidak terperi
Habis rentung kelambu bangsa dilangiri
Yang bisa ditumpuk hanya debu-debu sesalan
Meratap sebatang nisan tertanam berkekalan
Tercatat selama-lamanya luka bangsa akibat
gagal mengutip iktibar di dada hikmat
Andai masih memakai busana kebobrokan
Nantikan ulang-tayang sebuah sandiwara yang mengaibkan.
Ilham Ainol
Segamat, Johor
18 Ogos 2009
No comments:
Post a Comment